Senin, 09 Mei 2016

Makalah Patologi Sosial dan Layanan Konseling



Patologi Sosial dan Layanan Konseling
Disusun Oleh Kelompok III:
Nazli Rustian
Halilah
Kiki Tri Handayani
Muthmainnah
Kelas BKI-III Semester IV




Dosen Pembimbing:
Ahmad Syarqawi, M. Pd
Mata Kuliah:
Konseling Sosial
Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara Medan
T.A 2015/2016

            Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
            Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat umur, nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga pada hari ini kita masih menjalankan aktivitas seperti biasanya, semoga aktivitas yang kita laksanakan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin..
            Sholawat bermutiarakan salam kita hadiahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas makalah konseling sosial yang berjudul “Patologi Sosial dan Layanan Konseling ”. Kami juga membuka kritik dan juga saran apabila pada makalah yang kami buat ini terdapat kekurangan dan kesalahan,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..

                                                                                    Medan, 8 April 2016

                                                                                                Penulis




Daftar Isi
Kata Pengantar_______________________________________________ i
Daftar Isi____________________________________________________ ii
BAB I PENDAHULUAN______________________________________ 1
BAB II PEMBAHASAN_______________________________________ 2
A.    Pengertian Patologi Sosial_________________________________ 2
B.     Masalah-Masalah yang Ada Dalam Patologi Sosial_____________ 4
C.     Jenis-Jenis Pelayanan dalam Bimbingan Konseling_____________ 7
BAB III PENUTUP___________________________________________ 14
Daftar Pustaka________________________________________________ 15








BAB I
PENDAHULUAN
Orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit sosial murni dengan ukuran moralistik. Maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian dan tingkah laku yang berkaitan dengan semua peristiwa tadi dinyatakan sebagai gejala penyakit sosial yang harus diberantas dari muka bumi. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefenisikan patologi sosial sebagai: patologi, pathos yaitu penderitaan, penyakit (ilmu tentang penyakit). Patologi sosial: ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit”, disebabkan oleh faktor-faktor sosial.











BAB II
PEMBAHASAN
PATOLOGI SOSIAL DAN LAYANAN KONSELING
A.                Pengertian Patologi Sosial
Satu dua abad yang lalu,orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit sosial murni dengan ukuran moralistik. Maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian dan tingkah laku yang berkaitan dengan semua peristiwa tadi dinyatakan sebagai gejala penyakit sosial yang harus diberantas dari muka bumi. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefenisikan patologi sosial sebagai: patologi, pathos yaitu penderitaan, penyakit (ilmu tentang penyakit). Patologi sosial: ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit”, disebabkan oleh faktor-faktor sosial.
Jadi patologi sosial merupakan tingkah laku yang bertentanga dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.Dan yang disebut dengan masalah sosial yaitu :
1.      Semua bentuk tingkah laku yang melanggar adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperllukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).
2.      Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak.
Jelaslah bahwa adat istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Maka, tingkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok, melanggar norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial.
Siapakah di antara kita semua yang berhak menyebutkan peristiwa sosial itu sebagai gejala “patologis” atau sebagai “masalah sosial”? orang yang dianggap “kompeten” menilai tingkah laku orang lain sebagai patologis antara lain adalah pejabat, politisi, pengacara, hakim, polisi, dokter, rohaniawan, dan kaum ilmuwan di bidang sosial. Sekalipun adakalnya mereka membuat kekeliruan dalam membuat analisis dan penilaian terhadap gejala sosial, tetapi pada umumnya mereka dianggap mempunyai peranan menentukan memastikan baik buruknya pola tingkah laku masyarakat. Mereka juga berhak menunjuk aspek-aspek kehidupan sosial yang harus atau perlu diubah dan diperbaiki.
Ada orang berpendapat bahwa pertimbangan-nilai (value, judgement), mengenai baik dan buruk sebenarnya bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang objectif sebab penilaian itu sifatnya sangat subjectif. Karena itu,ilmu pengetahuan murni harus meninggalkan generalisasi-generalisasi etis dan penilaian etis (susila, baik dan buruk).Sebaliknya kelompok lain berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan kaum ilmuwan tidak mungkin tidak menggunakan pertimbangan-nilai sebab opini mereka selalu saja merupakan keputusan yang dimuati dengan penilaian-penilaian tertentu.Untuk menjawab dua pendirian yang kontroversial bertentangan tersebut, marilah kita tinjau masalah ini lebih dalam:
Pertama, ilmu pengetahuan itu sendiri itu selalu mengandung nilai-nilai tertentu. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan menyangkut masalah mempertanyakan dan memecahkan kesulitan hidup secara sistematis selalu dengan jalan menggunakan metode dan teknik-teknik yang berguna dan bernilai. Disebut bernilai karena dapat memenuhi kebutuhan manusiawi. Dan semua usaha untuk memenuhi serta memuaskan kebutuhan manusiawi yang universal ini, baik yang individual maupun sosial sifatnya, selalu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bernilai.Kedua, ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk menguasai alam (kosmos, jagad) sangatlah diperlukan demi kesejahteraan dan pemuasan kebutuhan hidup pada umumnya. Jadi, ilmu pengetahuan dengan sendirinya memiliki sistem nilai. Lagi pula, kaum ilmuwan selalu saja memilih dan mengembangkan usaha/aktivitas yang menyangkut kepentingan orang banyak; jadi memilih masalah dan usaha yang mempunyai nilai praktis.Ketiga, falsafah yang demokratis sebagaimana tercantum dalam pancasila menyatakan bahwa baik individu maupun kelompok-kelompok dalam masyarakat indonesia, pasti mampu memformulasikan serta menentukan sistem nilai masing-masing dan sanggup menentukan tujuan serta sasaran-sasaran yang dianggap bernilai bagi hidupnya.George Lunberg, tokoh yang dianggap dominan dalam aliran neo-positivisme dalam sosiologi, berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan itu sifatnay otoriter. Karena itu ilmu pengetahuan itu mengandung dan harus memiliki moralitas ilmiah atau hukum moral yang konform dan seimbang dengan hukum alam. Juga C.C North, seorang sosiolog lain dalam bukunya social problems andsocial planning, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup yang bernilai bagi sati kebudayaan atau satu masyarakat, harus disertakan etik sosial guna menentukan cara pencapaian sasaran tadi. Jadi, cara dan metode pencapaian itu secara etis-susila harus bisa dipertanggungjawabkan sebabmanusia normal dibekali alam dengan budi daya dan hati nurani sehingga ia dianggap mampu menilai baik dan buruknya setiap peristiwa.[1]
B.                 Masalah-Masalah yang Ada Dalam Patologi Sosial
1.                  Perjudian
Perjudian itu merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk patologi sosial.  Sejarah perjudian sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu, sejak dikenalnya sejarah manusia.Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja; yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, petandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian  yang tidak/ belum pasti hasilnya. Berjudi  adalah tindakan spekulatif , bersikap untung-untungan terhadap kemenangan atau laba yang belum pasti. Memang,  sikap spekulatif  itu sedikit atau banyak pastilah ada pada setiap orang .  Buktinya, setiap orang pasti pernah mempertaruhkan sesuatu, misalnya dalam bentuk: energy, pikiran,  aktivitas, uang, harta, bahkan hidupnya, demi pencapaian satu tujuan hidup.  Namun semua perbuatan tadi masih ada dalam batas-batas kekangan kemauan dan hati nurani. Berbedalah  semua itu dengan  perbuatan judi dengan taruhan, karena judi ini menggiring orang kepadang nafsu  buruk yang tidak terbatas. Karena itu, sekalipun pemerintah  sudah berkali-kali melarang dengan macam-macam undang- undang, sanksi dan hukuman,  bahkan buku-buku agama juga menurunkan ayat-ayat pelarangan berjudi, namun pada intinya perjudian  tidak bisa diberantas. Yaitu tidk bisa di punahkan, selama nafsu bermain dan berspekulasi masih bersarang  di hati manusia.[2]

2.       Korupsi
Korupsi merupakan benalu sosial yang merusak sendi-sendi struktur pemerintahan, dan menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan. korupsi  adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk  keuntungan pribadi,  merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala: salaah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi ; salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang  dan kekuatan-kekuatan formal ( misalnya dengan alasan  hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.[3]
3.      Kriminalitas
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan);  juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria; dapat berlangsung usia pada usia anak,  dewasa  ataupun lanjut umur. tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar; yaitu dipikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu makssud tertentu  secara sadar benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar; misalnya didorong oleh implus-implus yang hebat,  didera oleh dorongan – dorongan paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi. kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang , sehingga terjadi peristiwa pembunuhan. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. sedang kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan. istilah kriminologi ini berasal dari antropolog perancis P. Topinard  (1800-1911). [4]
4.      Pelacuran
Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan atau perbaikannya. Pelacuran itu berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro- stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundalan, pencabulan, pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna susila.Tuna susila  atau tidak susila  itu diartikan sebagai ; kurang beradab karena keroyolan relasi seksualnya, dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual, dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna susila itu juga bisa diartikan sebagai ; salah tingkah, tidak susila  atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila. Maka pelacur itu adalah wanita yang tidak pantas kelakuannya, dan bisa mendatangkan  mala/celaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul degan dirinya, maupun kepada diri sendiri.[5]


C.    Jenis-Jenis Pelayanan Bimbingan  Dan Konseling
1.      Layanan Orientasi
Menurut Prayetno yang dikutip oleh Thohirin  orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.Berdasarkan arti ini, layanan  orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan kea rah dan tentang sesuatu yang baru.Layanan orientasi  bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan perkataan lain agar individu  dapat memperolah manfaat sebenar-benarnya dari berbagai sumber yag ada pada suasna atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.[6]

2.      Layanan Informasi
Menurut Winkel yang dikutip oleh Thohirin layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya  memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang  proses perkembangan anak muda.Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang , maupun untuk perencanaan kehidupannya ke depan. Individu bisa mengalami masalah dalam kehidupannya sehari-hari maupun dalam memenuhi kebutuhannya di masa depan, akibat tidak menguasai dan tidak mampu mengakses informasi. Melalui layanan bimbingan dan konseling individu dibantu memperoleh atau mengakses informasi.Layanan informasi bertujuan agar individu ( siswa) mengetahui dan menguasai informasi yang selanjutnya  dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya  sehari-hari dan perkembangan dirinya. Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman  dan penguasaan individu terhadaap informasi yang diperlukannya akan memungkinkan individu :
a.       mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis
b.      mengambil keputusan
c.       mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang diambil, dan
d.      mengaktualisasikan secara terintegrasi.

3.      Layanan Penempatan  Dan Penyaluran
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang satu sisi serasi atau (kondusif) mendukung perkembangannya dan disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismatch).Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan akademik yang menunjang perkembangannya semakin merealisasikan rencana masa depan.[7]
Tujuan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut
a.       fungsi pemahaman
b.      fungsi pencegahan
c.       fungsi pengentasan
d.      fungsi pengembangan dan pemeliharaan.
Isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu pertama sisi potensi diri siswa sendiri, mencakup (a) potensi intelegensi, bakat, minat, dan kecendrunfan-kecendrungan pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan pancaindra, dan (e) kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, keadaan jasmaniah lainnya. kedua, kondisi lingkungan, mencakup (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak serta susunannya, (b) kondisi udara dan cahaya, (c) kondisi hubungan sosio emosional, (d) kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.
4.      Layanan Penguasaan Konten
Menurut Prayitno (2004) layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa)  baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melaui kegiatan belajar.Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan satu unit konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum, dan aturan, nilai, peesepsi, afeksi, sikap.[8]
5.      LayananKonselingPerorangan
Layanankonselingperoranganmerupakanlayanan yang memungkinanpesertadidikmendapatkanlayananlangsungtatapmuka (secaraperorangan) dengan guru pembimbinguntukmembahasdanmengentaskanpermasalahan yang dihadapinyadanperkembangandirinya.Tujuanlayanankonselingperoranganadalah agar pesertadidikdapatmengentaskanmasalah yang dihadapinya.Layanankonselingperoranganberfungsiuntukpengentasandanadvokasi.
Pelaksanaanusahadanpengentasansiswadapatdilakukandenganmengikutilangkah-langkahberikut:
a.       Pengenalandanpemahamanpermasalahan.
b.      Analisis yang tepat.
c.       Aplikasidanpemecahanpermasalahan.
d.      Evaluasi, baikevaluasiawal, proses ataupunevaluasiakhir.
e.       Tindaklanjut.
Melihatkepadateknikpenyelenggaraankonselingperoranganterdapatbermacam-macamteknikkonselingperorangan yang sangatditentukanolehpermasalahan yang dialamiolehsiswa.Teknikkonselingperorangan yang sederhanamelalui proses/tahapan-tahapansebagaiberikut:
a.       Tahappembukaan
b.      Tahappenjelasan (eksplorasi)
c.       Tahappengubahantingkahlaku
d.      Tahappenilaian/tindaklanjut
Materilayanankonselingperoranganmeliputi :
Ø  Pemahamansikap, kebiasaan, kekuatandiridankelemahan, bakat, minatdanpenyalurannya.
Ø  Pengentasankelemahandiridanpengembangankekuatandiri.
Ø  Mengembangkankemampuanberkomunikasi, menerimadanmenyampaikanpendapat, bertingkahlakusosial, baik di rumah, sekolahmaupun di masyarakat.
Ø  Mengembangkansikapkebiasaanbelajar yang baik, disiplindanberlatihdanpengenalanbelajarsesuaidengankemampuan, kebiasaandanpotensidiri.

6.      LayananBimbinganKelompok
Layananbimbingankelompokmerupakanlayanan yang memungkinansejumlahpesertadidiksecarabersama-samamelaluidinamikakelompokmemperolehbahandanmembahaspokokbahasan (topik) tertentuuntukmenunjangpemahamandanpengembangankemampuansosial, baiksebagaiindividumaupunsebagaipelajar, kegiatanbelajar, karir/jabatan, sertauntukpengambilankeputusanatautindakantertentumelaluidinamikakelompok. Layananbimbingankelompokberfungsiuntukpemahamandanpengembangan.
Layananbimbingankelompokharusdipimpinolehpemimpinkelompok.Pemimpinkelompokadalahkonselor yang terlatihdanberwenanguntukmenyelenggarakanpraktikpelayananbimbingankonseling.Tugasutamapemimpinkelompoadalah :
a.       Membentukkelompoksehinggaterpenuhisyarat-syaratkelompok yang mampumengembangkandinamikakelompok, yaitu :
·         Terjadinyahubungananggotakelompokmenujukeakraban di antaramereka.
·         Tumbuhnyatujuanbersama di antaraanggotadalamsuasanakebersamaan.
·         Berkembangnyaitkaddantujuanbersamauntukmencapaitujuankelompok.
·         Terbinanyakemandirianpadadirisetiapanggotakelompok.
·         Terbinanyakemandiriankelompok.
b.      Memimpinkelompok yang bernuasalayanankonselingmelaluibahasakonselingpenstukturan.
c.                   Memberikantahapankegiatankonseling.
d.                  Memberikanpenilaiansegerahasilkonselingkelompok.
e.                   Melakukantindaklanjut.
Secaraumum, layananbimbingankelompokbertujuanunyukpengembangkankemampuanbersosialisasi, khususnyakemampuankerkomunikasipesertalayanan.Secaralebihkhususnyalayananbimbingankonselingbertujununtukmemdorongpengembanganperasaan, pikian, persepsi, wawasan, dansikap yang menunjangperwujudantingkahlaku yang lebihefektif, yaknipeningkatankemampuanberkomunikasiparasiswa, baik verbal mauoun nonverbal.
7.      LayananKonselingKelompok
Layanankonselingkelompokmerupakanlayanan yang memungkinanpesertadidik (masing-masinganggotakelompok) memperolehkesempatanuntukpembahasandanpengentasanpermasalahanpribadimelaluidinamikakelompok.Masalah yang dibahasituadalahmaalah-masalahpribadi yang dialamiolehmasing-masinganggotakelompok.Layanankonselingkelompokberfungsiuntukpengentasandanadvokasi.
8.      LayananKonsultasi
LayananKonsultasimerupakanlayanan yang membantupesertadidikdanataupihaklaindalammemperolehwawasan, pemahaman, dancara-cara yang perludilaksanakandalammenanganikondisidanataumasalahpesertadidik. Pengertiankonsultasidalam program BK adalahsebagaisuatu proses penyediaanbantuanteknisuntukkonselor, orang tua, administrator dankonselorlainnyadalammengidentifikasidanmemperbaikimasalah yang membatasiefektivitaspesertadidikatausekolahkonselingataupsikoterapisebabkonsultasitidakmerupakanlayanan yang langsungditujukankepadaklien, tetapisecaratidaklangsungmelayaniklienmelaluibantuan yang diberikan orang lain.
9.      LayananMediasi
Layananmediasimerupakanlayanan yang membantupesertadidikmenyelesaikanpermasalahanatau pun perselisihandanmemperbaikihubunganantarpesertadidikdengankonselorsebagai mediator.











BAB III
PENUTUP

Dari uraian-uraiandiatasdapatdisimpulkanbahwapadadasarnya “patologisosial” adalahilmu yang mempelajaritentanggejala-gejalasosial yang dianggap “sakit”, disebabkanolehfaktor-faktorsosial. Sedangkanpenyakitmasyarakatadalahsemuatingkahlaku yang melanggarnorma-normadalammasyarakatdandianggapmenganggu, merugikansertatidakdikehendakiolehmasyarakat.Faktor-faktor yang mempengaruhimunculnyapenyakitmasyarakatantaralainyaitufaktorkeluarga, faktorlingkungandanfaktorpendidikan.
LayananBimbinganadalahLayanan yang diberikanuntukmembantuindividudalammencapaitujuan yang telahditetapkanolehpembimbing.Layanankonselingadalahlayanan yang di berikanmelaluisalahsatuteknikdimana proses pemberianbantuanituberlangsungmelaluiwawancaradalamserangkaianpertemuan.
Jenis-jenislayananbimbingandankonseling:
a.      Layananorientasi
b.      Layananinformasi
c.       Layananpenempatandanpenyaluran
d.      Layananpembelajaran
e.      Layanankonselingperorangan
f.        Layananbimbingankelompok
g.Layanankonselingkelompo
DaftarPustaka

Dra.HallenA.M.Pd.bimbingandankonseling. (Jakarta: Ciputatpers, 2002).
Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial Jilid 1, Jakarta: Rajawali Pers
Prayitno, 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: P2LPTK.
Sukardi, DewaKetut. 2000. PengantarPelaksanaan Program BimbingandanKonseling di Sekolah, Jakarta: RinekaCipta.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah. Rajawali Pers: Jakarta.
WS.Winkel. 1997.BimbingandanKonseling di InstitusiPendidikan,Yogyakarta:grasindo.


[1] Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, Jakarta: Rajawali Per, hlm. 1-4
[2]Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 2
[3] Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 2
[4] Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 3
[5] Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 4
[6] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah,( Rajawali Pers: Jakarta, 2011), hlm. 76
[7]Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah,hlm. 77
[8]Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Madrasah dan Sekolah,hlm. 78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VECTOR ART RONALDO